6 Minuman yang Jangan di Barengi Dengan Obat
6 Minuman yang Jangan di Barengi Dengan Obat
Ketika minum obat ternyata ada beberapa minuman yang dilarang untuk di minum dan jika di minum bersamaan dengan obat maka akan menimbulkan efek samping yang sangat berbahaya bagi kesehatan kamu nah kamu ingin tahu minuman apa aja yang dilarang untuk di minum ketika kamu minum obat simak 5 Minuman Yang dilarang Ketika Minum Obat berikut ini.
1. Minuman Berkafein
Kafein dapat menimbulkan ancaman kesehatan yang serius jika diminum dengan stimulan. Hindari meminum secangkir kopi saat sedang mengonsumsi efedrin (penekan nafsu makan), obat asma dan amfetamin. Beri jarak 2-3 jam setelah minum obat, baru minum kopi. Minuman isotonik Kalium dalam minuman ini dapat berbahaya bila digabungkan dengan obat untuk penyakit gagal jantung atau obat-obatan hipertensi. Hindari pisang juga, karena pisang juga sangat kaya akan kalium.
Banyak orang mengetahui jika kafein biasa terdapat dalam kopi atau minuman berenergi. Padahal tidak hanya disitu, zat kafein juga banyak ditemukan dalam kandungan teh, khususnya teh hijau. Makanya agar tidak salah , hindarilah minum kopi atau teh ketika meminum obat. Menurut pakar kesihatan, kafein berbahaya jika diminum dengan obat yang mengandung stimulah. Biasakan untuk tidak meminum minuman berkafein saat memakn pil penekan nafsu makan atau diet, obat asma atau amfetamin. Jika Anda seorang penggila kafein, tunggu 2 hingga 3 jam setelah meminum obat.
Interaksi obat dengan makanan tertentu yang Anda makan dapat mempengaruhi fungsi obat yang Anda minum sehingga obat tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau penurunan efektivitas obat sampai efek samping.
Jenis makanan atau minuman tertentu juga dapat menunda, mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat.
Itulah sebabnya mengapa beberapa obat harus diminum pada waktu perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan beberapa obat lain sebaiknya diambil bersamaan dengan makanan.
Sebagai contoh, kafein –seperti yang terkandung di kopi—dapat meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin).
Maka, untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah, menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.
2. Semua Jenis Susu
Hampir semua orang suka minum susu, tapi walau diklaim menyihatkan. Jangan pernah coba-coba meminum obat menggunakan air susu. Kandungan zat di dalam susu akan mengurangi daya serap antibiotik dalam tubuh sekaligus menghambat penyerapan beberapa komponen tertentu dalam obat. Tidak hanya itu, kandungan kalsium pada susu juga dapat mengganggu efekt obat. Jadi saat mengkonsumsi obat, biasakanlah untuk menghindari konsumsi susu, setidaknya hingga 4 jam kedepan.
Jangan minum obat dengan susu’ kata-kata itu seringkali didengar atau diucapkan oleh masyarakat ketika ingin mengonsumsi obat oral. Kenapa susu tidak boleh dicampur dengan obat? Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.
Beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.
Selain itu ada obat yang baik dikonsumsi setelah makan ataupun sesudah makan, hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi tersebut bisa mempengaruhi penyerapan obat. Karenanya menjadi hal yang sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada botol atau bungkus obat, serta masyarakat sebaiknya selalu menanyakan kriteria obat yang dikonsumsinya pada apoteker.
3. Jus Pomegranate (Delima), Jus Grapefruit dan Segala Jenis Jus Lainnya
Saat sedang sakit, buah dan obat menjadi salah satu asupan yang ampuh untuk mengembalikan kondisi tubuh. Ya, vitamin pada buah-buahan membuat tubuh lebih fit. Terutama obat, dapat segera menyembuhkan penyakit. Namun sering kali orang yang sedang sakit minum obat bersamaan waktu dengan minum jus. Padahal, minum obat bersamaan dengan jus dapat menghilangkan efek khasiat obat yang diminum.
Kesimpulan ini didapat berdasarkan penelitian dari Universitas Western Ontario, Kanada oleh Prof. David Bailey. Hasil penelitian ini membuktikan bawa jus dapat mengganggu ketahanan tubuh dalam menyerap sari obat. Penelitian ini dilakukan pada sejumlah orang yang diminta meminum obat dengan air putih dan jus buah.
Setelah diteliti, ternyata orang yang meminum obat dengan air putih mampu menyerap kandungan obat dengan penuh. Kemudian, orang yang meminum obat dengan jus hanya mampu menyerap sebagian kandungan obat. Menurutnya, jus buah yang dapat mengurangi serapan obat adalah jus jeruk, jus apel, dan jus anggur. Sedangkan obat yang kurang terserap akibat jus tersebut adalah obat antikanker, darah tinggi, jantung, dan obat-obat antibiotik lainnya.
Agar obat menyerap penuh kedalam tubuh, hindarilah mengkonsumsi jus di waktu yang sama. Sayang kan, jika kita meminum obat namun kurang berkhasiat. Akan lebih baik jika diseling waktu antara minum jus dan minum obat. Bagaimana pendapat Anda?
Alasan tidak boleh meminum obat dengan Jus pomegranate (Delima)
Menurut pakar jus delima tidak boleh digunakan untuk meminum obat. Zat yang terdapat dalam jus tersebut dapat memperlambat kecepatan hati untuk memecah pengencer darah dan menyebabkan berkurangnya efeks obat. Tidak hanya itu, para pakar juga menemukan bahwa enzim di dalam jus delima dapat memecah resep obat.
Alasan tidak boleh meminum obat dengan Jus Grapefruit
Grapefruit bukanlah anggur. Namun, buah ini juga tidak dapat disamakan dengan jeruk Bali. Sejatinya jus grapefruit punya karakteristik dan manfaat hebat untuk tubuh. Tapi akan menjadi hal berbeza jika Anda mengonsumsinya untuk minum obat. University of Western Ontario menemukan bahawa meminum jus grapefruit dapat mengganggu kinerja lebih dari 50 obat. Jus ini boleh meningkatkan penyerapan obat-obatan tertentu serta dapat mengubah dosis obat yang diminum dari dosi normal menjadi dosis berlebihan. Maka dari itu, hindarilah minuman ini jika Anda tidak ingin mengalami over dosis.
4. Minuman Isotonik
Saat kita merasa lelah dan haus selesai beraktivitas, tentunya kita ingin meneguk minuman yang segar dan rnampu mengembalikan stamina tubuh dengan cepat. Maka minuman isotonic, pun menjadi salah satu pilihan. Disamping rasanya yang bervariasi, minuman isotonic juga mengandung ion, yang dipercaya dapat cepat menggantikan cairan tubuh yang hilang. Saat ini, banyak minuman isotonik di pasaran bebas dengan berbagai merek dan dapat dibeli dengan harga yang cukup terjangkau.
Hindari minum obat untuk gagal jantung dan obat-obatan hipertensi dengan minuman isotonik karena minuman ini mengandung kalium. Selain itu, kalium yang tinggi juga terdapat pada buah pisang. Kalium berguna bagi penderita hipertensi, tetapi apabila asupan kalium malah berlebihan boleh membahayakan si penderita.
5. Minuman Bersoda
Orang tua saya pernah bilang katanya kalau ingin atau setelah minum obat tidak boleh minum minuman bersoda, misalnya pepsi, coca cola, dll . karena berbahaya dan bisa menyebabkan keracunan, kematian, dll.
Soda memang bukan minuman yang baik untuk kesehatan karena bisa menyebabkan kegemukan, osteoporosis bahkan mengurangi jumlah sperma. Tapi benarkah minum obat dengan soda dapat menyebabkan kematian mendadak?
“saya kira harusnya minum obat pakai soda bukan penyebab kematian mendadak. Harus dicari dulu cod (cause of death), dipelajari orang tersebut pernah sakit apa,” jelas dr. Tunggul d situmorang, sppd,kgh, ahli ginjal dan direktur rs pgi cikini.
Menurut dr. Tunggul, meminum obat dengan menggunakan soda bukanlah suatu penyebab terjadinya kematian mendadak, karena hal-hal yang bisa memicu kematian mendadak antara lain: Serangan jantung, stroke,emboli (pembentukan gelembung udara atau masuknya benda asing di aliran darah yang menyebabkan aliran darah tersumbat)
gagal napas “memang ada reaksinya, tapi nggak ada ceritanya seperti itu (minum obat dengan soda) bikin mati,” tegas dr tunggul yang juga menjabat sebagai direktur mrccc siloam hospital semanggi.
Tapi meski tidak menyebabkan kematian mendadak, minum obat memang tidak dianjurkan dengan menggunakan soda atau minuman lain seperti susu, kopi, teh dan jus. Dokter biasanya akan menganjurkan pasien untuk minum obat dengan air putih karena air putih bebas dari kandungan bahan kimia sehingga tidak menimbulkan kontraksi.
Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.
Minum obat sebaiknya juga tidak menggunakan susu, karena beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.
Minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus umumnya mengandung berbagai senyawa seperti kafein yang kemungkinan bisa bereaksi dengan obat yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi penyerapannya.
Untuk itu masyarakat selalu disarankan mengonsumsi obat dengan menggunakan air putih yang diketahui tidak memiliki kandungan apapun, sehingga tidak mempengaruhi penyerapan obat. Selain itu air putih bisa membantu melarutkan obat yang dikonsumsi di dalam lambung sehingga proses penyerapannya menjadi lebih baik dan lebih mudah.
Selain itu, sebaiknya orang juga mengurangi atau sama sekali tidak minum soda. Tak ada manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari soft drink atau minuman bersoda. Yang anda dapatkan hanyalah banyak kalori yang tidak berguna. Minuman bersoda juga membawa dampak buruk bagi kesehatan.
6. Minuman Beralkohol (Wine)
Satu gelas minuman beralkohol semisal Wine yang dikonsumsi bersamaan dengan meminum obat diklaim dapat menyebakan hipertensi, jantung berdetak cepat, sakit kepala hingga serangan stroke. Nah, jika Anda masih sayang dengan nyawa Anda, jangan pernah sekalipun mencampurkan minuman ini dengan konsumsi obat.
Meski tidak semua jenis minuman berbahaya jika diminum bersamaan dengan obat, namun minuman yang paling baik dan dianjurkan adalah air mineral. Lagipula Anda tentu tidak ingin obat yang dibeli mahal itu tidak berguna bukan?
1. Minuman Berkafein
Kafein dapat menimbulkan ancaman kesehatan yang serius jika diminum dengan stimulan. Hindari meminum secangkir kopi saat sedang mengonsumsi efedrin (penekan nafsu makan), obat asma dan amfetamin. Beri jarak 2-3 jam setelah minum obat, baru minum kopi. Minuman isotonik Kalium dalam minuman ini dapat berbahaya bila digabungkan dengan obat untuk penyakit gagal jantung atau obat-obatan hipertensi. Hindari pisang juga, karena pisang juga sangat kaya akan kalium.
Banyak orang mengetahui jika kafein biasa terdapat dalam kopi atau minuman berenergi. Padahal tidak hanya disitu, zat kafein juga banyak ditemukan dalam kandungan teh, khususnya teh hijau. Makanya agar tidak salah , hindarilah minum kopi atau teh ketika meminum obat. Menurut pakar kesihatan, kafein berbahaya jika diminum dengan obat yang mengandung stimulah. Biasakan untuk tidak meminum minuman berkafein saat memakn pil penekan nafsu makan atau diet, obat asma atau amfetamin. Jika Anda seorang penggila kafein, tunggu 2 hingga 3 jam setelah meminum obat.
Interaksi obat dengan makanan tertentu yang Anda makan dapat mempengaruhi fungsi obat yang Anda minum sehingga obat tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau penurunan efektivitas obat sampai efek samping.
Jenis makanan atau minuman tertentu juga dapat menunda, mengurangi atau meningkatkan penyerapan obat.
Itulah sebabnya mengapa beberapa obat harus diminum pada waktu perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan beberapa obat lain sebaiknya diambil bersamaan dengan makanan.
Sebagai contoh, kafein –seperti yang terkandung di kopi—dapat meningkatkan risiko overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin).
Maka, untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang terbaik adalah, menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.
2. Semua Jenis Susu
Jangan minum obat dengan susu’ kata-kata itu seringkali didengar atau diucapkan oleh masyarakat ketika ingin mengonsumsi obat oral. Kenapa susu tidak boleh dicampur dengan obat? Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.
Beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.
Selain itu ada obat yang baik dikonsumsi setelah makan ataupun sesudah makan, hal ini disebabkan makanan yang dikonsumsi tersebut bisa mempengaruhi penyerapan obat. Karenanya menjadi hal yang sangat penting untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada botol atau bungkus obat, serta masyarakat sebaiknya selalu menanyakan kriteria obat yang dikonsumsinya pada apoteker.
3. Jus Pomegranate (Delima), Jus Grapefruit dan Segala Jenis Jus Lainnya
Kesimpulan ini didapat berdasarkan penelitian dari Universitas Western Ontario, Kanada oleh Prof. David Bailey. Hasil penelitian ini membuktikan bawa jus dapat mengganggu ketahanan tubuh dalam menyerap sari obat. Penelitian ini dilakukan pada sejumlah orang yang diminta meminum obat dengan air putih dan jus buah.
Setelah diteliti, ternyata orang yang meminum obat dengan air putih mampu menyerap kandungan obat dengan penuh. Kemudian, orang yang meminum obat dengan jus hanya mampu menyerap sebagian kandungan obat. Menurutnya, jus buah yang dapat mengurangi serapan obat adalah jus jeruk, jus apel, dan jus anggur. Sedangkan obat yang kurang terserap akibat jus tersebut adalah obat antikanker, darah tinggi, jantung, dan obat-obat antibiotik lainnya.
Agar obat menyerap penuh kedalam tubuh, hindarilah mengkonsumsi jus di waktu yang sama. Sayang kan, jika kita meminum obat namun kurang berkhasiat. Akan lebih baik jika diseling waktu antara minum jus dan minum obat. Bagaimana pendapat Anda?
Alasan tidak boleh meminum obat dengan Jus pomegranate (Delima)
Menurut pakar jus delima tidak boleh digunakan untuk meminum obat. Zat yang terdapat dalam jus tersebut dapat memperlambat kecepatan hati untuk memecah pengencer darah dan menyebabkan berkurangnya efeks obat. Tidak hanya itu, para pakar juga menemukan bahwa enzim di dalam jus delima dapat memecah resep obat.
Alasan tidak boleh meminum obat dengan Jus Grapefruit
Grapefruit bukanlah anggur. Namun, buah ini juga tidak dapat disamakan dengan jeruk Bali. Sejatinya jus grapefruit punya karakteristik dan manfaat hebat untuk tubuh. Tapi akan menjadi hal berbeza jika Anda mengonsumsinya untuk minum obat. University of Western Ontario menemukan bahawa meminum jus grapefruit dapat mengganggu kinerja lebih dari 50 obat. Jus ini boleh meningkatkan penyerapan obat-obatan tertentu serta dapat mengubah dosis obat yang diminum dari dosi normal menjadi dosis berlebihan. Maka dari itu, hindarilah minuman ini jika Anda tidak ingin mengalami over dosis.
4. Minuman Isotonik
Hindari minum obat untuk gagal jantung dan obat-obatan hipertensi dengan minuman isotonik karena minuman ini mengandung kalium. Selain itu, kalium yang tinggi juga terdapat pada buah pisang. Kalium berguna bagi penderita hipertensi, tetapi apabila asupan kalium malah berlebihan boleh membahayakan si penderita.
5. Minuman Bersoda
Soda memang bukan minuman yang baik untuk kesehatan karena bisa menyebabkan kegemukan, osteoporosis bahkan mengurangi jumlah sperma. Tapi benarkah minum obat dengan soda dapat menyebabkan kematian mendadak?
“saya kira harusnya minum obat pakai soda bukan penyebab kematian mendadak. Harus dicari dulu cod (cause of death), dipelajari orang tersebut pernah sakit apa,” jelas dr. Tunggul d situmorang, sppd,kgh, ahli ginjal dan direktur rs pgi cikini.
Menurut dr. Tunggul, meminum obat dengan menggunakan soda bukanlah suatu penyebab terjadinya kematian mendadak, karena hal-hal yang bisa memicu kematian mendadak antara lain: Serangan jantung, stroke,emboli (pembentukan gelembung udara atau masuknya benda asing di aliran darah yang menyebabkan aliran darah tersumbat)
gagal napas “memang ada reaksinya, tapi nggak ada ceritanya seperti itu (minum obat dengan soda) bikin mati,” tegas dr tunggul yang juga menjabat sebagai direktur mrccc siloam hospital semanggi.
Tapi meski tidak menyebabkan kematian mendadak, minum obat memang tidak dianjurkan dengan menggunakan soda atau minuman lain seperti susu, kopi, teh dan jus. Dokter biasanya akan menganjurkan pasien untuk minum obat dengan air putih karena air putih bebas dari kandungan bahan kimia sehingga tidak menimbulkan kontraksi.
Obat atau antibiotik yang dikonsumsi secara oral bisa menjadi efektif bagi seseorang jika dikonsumsi dan diserap dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.
Minum obat sebaiknya juga tidak menggunakan susu, karena beberapa obat seperti keluarga antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut di dalam tubuh.
Minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus umumnya mengandung berbagai senyawa seperti kafein yang kemungkinan bisa bereaksi dengan obat yang dikonsumsi sehingga mempengaruhi penyerapannya.
Untuk itu masyarakat selalu disarankan mengonsumsi obat dengan menggunakan air putih yang diketahui tidak memiliki kandungan apapun, sehingga tidak mempengaruhi penyerapan obat. Selain itu air putih bisa membantu melarutkan obat yang dikonsumsi di dalam lambung sehingga proses penyerapannya menjadi lebih baik dan lebih mudah.
Selain itu, sebaiknya orang juga mengurangi atau sama sekali tidak minum soda. Tak ada manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari soft drink atau minuman bersoda. Yang anda dapatkan hanyalah banyak kalori yang tidak berguna. Minuman bersoda juga membawa dampak buruk bagi kesehatan.
6. Minuman Beralkohol (Wine)
Meski tidak semua jenis minuman berbahaya jika diminum bersamaan dengan obat, namun minuman yang paling baik dan dianjurkan adalah air mineral. Lagipula Anda tentu tidak ingin obat yang dibeli mahal itu tidak berguna bukan?
Tidak ada komentar